Sabtu, 16 Februari 2013

Lensa Makro Dengan Reverse Ring

Setelah dalam dua artikel terdahulu kita membahas tentang alternatif lensa makro menggunakan filter close up dan extension tube, kali ini kita akan membahas cara memperoleh lensa makro dari lensa kit anda dengan menggunakan reverse ring.

Kelihatannya aneh, tapi saat kita memasang sebuah lensa prime 50mm atau lensa kit zoom standar (18-55mm atau 17-50mm) secara terbalik disebuah kamera (ujung depan lensa menempel ke body kamera) menggunakan alat tambahan bernama reverse ring, kita akan mendapatkan lensa makro berkualitas tinggi dengan harga terjangkau. Kita sebenarnya bisa memakai lensa lainnya, namun lensa prime 50mm dan lensa kit zoom standar tampaknya menjadi pilihan banyak orang karena harganya relatif murah.
Lensa dengan focal length lebih panjang dibanding 50mm memberi efek perbesaran (magnification) yang terlalu sedikit, sementara lensa lebar memberi efek perbesaran yang terlalu banyak.
Karena kebanyakan dari pemilik kamera DSLR sudah memiliki lensa kit zoom atau lensa prime 50mm, maka metode lensa makro dengan reverse ring ini menjadi pilihan yang sangat menarik. Cukup dengan membeli sebuah ring kecil dengan harga sangat murah (bahkan kadang tidak sampai Rp 100 ribu), kita sudah memiliki lensa khusus makro berkualitas lumayan dan bisa memotret benda-benda kecil dari jarak sangat dekat.
Ada dua cara dalam memakai reverse ring:

Membalik Lensa Tunggal

Cara pertama adalah dengan membalik sebuah lensa tunggal. Untuk ini kita membutuhkan sebuah reverse ring dan lensa zoom kit atau lensa 50mm. Reverse ring merupakan sebuah cincin kecil dengan satu sisi masuk ke ujung depan lensa sementara sisi satunya masuk ke mount kamera.
Sebuah lensa prime 50mm yang terpasang ke kamera crop (Canon 600D atau Nikon D3200) dengan reverse ring memiliki reproduksi 1:1, sama seperti lensa makro Canon 85mm seharga Rp. 5 Juta atau lensa Tamron 90mm macro seharga Rp. 3,5 Juta.
Kerugian utama memakai reverse ring adalah kita kehilangan koneksi elektronik antara kamera ke lensa, sehingga autofokus tidak akan bekerja dan kita harus mengeset fokus secara manual. Namun metering tetap akan bekerja seperti biasa, cukup gunakan mode P (Program) atau Aperture Priority. Untuk mengubah nilai aperture tidak akan bisa dilakukan dari kamera, maka jika anda memiliki lensa dengan aperture ring (biasanya lensa generasi lebih lama) anda memiliki keuntungan bisa mengubah-ubah nilai aperture. Sementara jika lensa tidak memilik aperture ring (rata-rata lensa modern tidak memiliki aperture control di lensa), kita terpaksa menggunakan bukaan terbesar (nilai F terkecil) sehingga kita hanya memiliki Depth of field yang sempit. Jika faktor ini (DOF sempit, autofokus mati) membuat anda malas mencoba reverse ring, anda bisa membaca cara kedua dibawah ini atau anda bisa menggunakan extension tube yang memiliki koneksi elektronis dengan kamera, baca caranya disini.

Reverse Ring Lensa Double



Dengan beberapa batasan saat menggunakan satu lensa dibalik (autofokus mati, DOF sempit) kita bisa mengakalinya dengan memasang lensa terbalik didepan lensa lain yang dipasang normal. Dengan cara ini kita masih bisa mengontrol depth of field dan bisa mendapatkan autofokus.
Lensa yang dipasang normal ke kamera dinamai lensa primary sementara lensa yang dipasang terbalik didepan lensa primary dinamai lensa secondary.
Untuk menggunakan cara ini, kita membutuhkan lensa 50mm dan sebuah lensa panjang (idealnya diatas 85mm) untuk menghindari vignetting dan sebuah ring bernama macro coupler. Makin panjang lensa primary anda, makin besar pula efek perbesaran foto. Jika anda memakai lensa lebar sebagai pengganti lensa 50mm maka efek perbesaran akan makin besar.
Macro coupler atau juga biasa disebut male to male ring adapter (m2m) hanyalah sebuah cincin logam dengan ukuran spesifik yang harus sesuai ukuran filter thread lensa anda. Jika anda tidak bisa menemukan adapter yang memiliki ukuran sesuai, anda bisa memanfaatkan step up atau step down ring.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar